Model Pembelajaran Sosiodrama

Posted by Asrofy on 14:03

Model Pembelajaran Sosiodrama
a. Pengertian Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya (Depdiknas: 23).
Sociodrama is a learning method that creates deep understanding of the social systems that shape us individually and collectively (Brown, 2005) artinya Sosiodrama adalah metode belajar yang menciptakan pemahaman yang mendalam mengenai sistem sosial yang membentuk kita secara individu dan kolektif.
“sociodrama” is a dramatic enactment of real life situations or conflicts that often go unresolved. Sosiodrama adalah diberlakukannya dramatis situasi kehidupan nyata atau konflik yang belum terselesaikan.
Trefingger (dalam Waluyo: 2001) membatasi sosiodrama a group problem solving enactment that focuses on a problems involving human relation dalam sosiodrama ini masalah hubungan antar manusia merupakan yang ditonjolkan.
Berdasarkan beberapa defenisi tersebut dapat ditarik benang merah bahwa metode pembelajaran sosiodrama adalah model pembelajaran bermain peran dengan mendramatisasi kehidupan nyata atau konflik yang belum terselesaikan dan sistem sosial yang membentuk kita secara individu dan kolektif.
b. Peranan Sosiodrama
Ada beberapa peranan sosiodrama (Husniah:2011). Berikut merupakan deskripsi mengenai peranan sosiodrama:
a)      menanamkan jiwa demokratis dan memupuk partisipasi kolektif dalam pengambilan keputusan.
b)      Membekali siswa tentang kecakapan hidup di Masyarakat.
c)      Meningkatkan rasa percaya diri pada siswa dan memupuk keterampilan berbicara di hadapan umum.
d)     Mempertinggi perhatian siswa terhadap esensi dan materi pembelajaran
e)      siswa tidak saja mengerti persoalan sosial psikologis,tetapi mereka juga ikut merasakan perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesamamanusia, seperti halnya penonton film atau sandiwara, yang ikut hanyut dalam suasana film seperti, ikutmenangis pada adegan sedih, rasa marah, emosi, gembira dan lain sebagainya.
f)       Siswa dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan memperdalam pengertian mereka tentang orang lain.

Tujuan Sosiodrama
Dapat dikatakan bahwa teknik sosiodrama lebih tepat digunakan untuk mencapai tujuan yang mengarah pada :
a)      Aspek afektif motorik dibandingkan pada aspek kognitif, terkait dengan kehidupan hubungan sosial. Sehubungan dengan itu maka materi yang disampaikan melalui teknik sosiodrama bukan materi yang bersifat konsep- konsep yang harus dimengerti dan dipahami, tetapi berupa fakta, nilai, mungkin juga konflik-konflik yang terjadi di lingkungan kehidupannya.
b)      Melalui permainan sosiodrama, konseli diajak untuk mengenali, merasakan suatu situasi tertentu sehingga mereka dapat menemukan sikap dan tindakan yang tepat seandainya menghadapi situasi yang sama. Diharapkan akhirnya mereka memiliki sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam mengadakan penyesuaian sosial.
d. Implikasi  pada Pembelajaran Sosiodrama
Pada pembelajaran sosiodrama guru lebih bersifat sebagai fasilitator.
Fasilitator merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran dengan model  sosiodrama. Guru dalam pembelajaran ini bisa bertindak sebagai aktor, sutradara atau penonton. Peranan Fasilitator dalam pembelajaran ini menyampaikan sebuah prolog memperkenalkan topik yang disesuaikan dengan audiens yang spesifik. kemudian memperkenalkan para aktor dan memberikan gambaran dari TKP. Selama aksi dan antar-tindakan, fasilitator memandu peserta dan juga mengarahkan dan mengendalikan aktor untuk memastikan semua tema dibahas. Terdapat  delapan langkah yang dianjurkan Torrance (dalam Waluyo: 2001) dalam mengefektifkan sosiodrama untuk  menghadapi problem dan tantangan

1.      Menetapkan problem
2.      Mendeskripsikan sosial  konflik
3.      Pemilihan pemain
4.      Memberikan penjelasan dan pemanasan bagi aktor dan pengamat.
5.      Memerankan situasi tersebut.
6.      Memotong adegan (jika aktor meniggalkan peran dan tidak dapat di teruskan. Membuat kesimpulan. Jia pemimpin tidak dapat melihat perkembangan adegan dapat diganti.
7.      Mendiskusikan, menganalisis situasi kelakuan dan gagasan yang diproduksi.
8.      Menusun rencana untuk testing lebih atau implementasi gagasan baru (Treffingger: 1982. 62-63)
Ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan oleh guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran sosiodrama (www.syntactsolutions.com).
1.      Guru sebagai fasilitator memulai pembelajaran dengan memberi gambaran singkat mengenai situasi. Situasi ini meliputi suatu profesi atau budaya. Pada proses ini biasanya siswa sebagai aktor melakukan pengenalan karakter dan mengatur panggung, masing-masing dari sudut pandangnya sendiri.
2.      Setelah aktor atau siswa membangun karakter  dan situasi, guru sebagai fasilitator bersikap lebih pasif dengan membiarkan siswa untuk berimprovisasi.
3.      Pada akhir sosiodrama, fasilitator akan membuat kunci “poin pembelajaran” berdasarkan apa yang telah terjadi dan tentang subjek di tangan. Para penonton diajak untuk terlibat baik fasilitator atau aktor dalam diskusi.
Untuk mempermudah dalam praktik pembelajaran Husniah (2011) merinci prosen pembelajaran sosiodrama menjadi
1.      Awal pembelajaran guru memperkenalkan aturan main dari model pembelajaran yang akan digunakan kepada siswa.
2.      Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok
3.      Guru mengarahkan siswa untuk menentukan tema dan skenario yang meliputi situasi, masalah, peristiwa dan latar.
4.      Siswa secara bergantian memerankan drama yang telah disiapkannya.
5.      Guru sebagai sutradara (fasilitator) dapat menghentikan drama (apabila esensi atau pokok yang akan dibahas telah dicapai)
6.      Guru mengarahkan pada diskusi. Pada proses inii guru dan siswa memberikan komentar, kesimpulan, atau catatan mengenai topik yang diangkat dalam sosiodrama dan tanggapan mengenai penampilan siswa.
7.      j.        Kelebihan dan Kekurangan dalam Sosiodrama
Setiap model pembelajaran ada kebaikan dan ada kelemahannya. Kebaikan model pembelajaran biasanya merujuk  pada potensi yang menjadikan suatu model tersebut berhasil dilakukan,  sedangkan kekurangan merujuk pada potensi kemungkinan hal yang membuat model pembelajaran ini gagal untuk dipraktikkan.
Berikut merupakan kelebihan dari metode pembelajaran Sosiodrama:
a)      berkesan dna tahan lama dalam ingatan siswa.
b)      Sangat menarik bagi siswa sehingga kelas menjadi dinamis dan antusias.
c)       Mengembangkan kreativitas siswa (dengan peran yang dimainkan siswa dapat berfantasi)
d)     Memupuk kerjasama antara siswa.
e)      Menumbuhkan bakat siswa dalam seni drama.
f)       Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri.
g)      Memupuk keberanian berpendapat di depan kelas.
h)       Melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalarn waktu singkat.
Berikut merupakan kelemahan yang terdapat dalam pembelajaran dengan metode sosiodrama:
a)  Memerlukan waktu yang cukup panjang
b)  Memerlukan daya kreativitas dan daya kreasi tinggi. Hal ini belum tentu dimiiliki guru dan siswa
c)   Siswa malu untuk melakukan suatu adegan.
d)   Pendengar (siswa yang tak berperan) sening mentertawakan tingkah laku pemain sehingga merusak suasana.
e)   Apabila bila sosiodrama gagal maka tujuan pembelajaran tidak dicapai
f)    Tidak semua materi dapat dilakukan dengan metode ini.
k.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sosiodrama
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi model sosiodrama (Husniah:2011). Di antaranya adalah faktor guru, siswa dan bahan. Berikut merupakan penjelasan dari faktor-faktor tersebut.
a) faktor guru
Guru tidak diperkenankan untuk bersifat apriori. Setiap individu (siswa) akan menghayati dan memahami fenomena sosial dengan caranya sendiri. Apa yang ia lakukan, keputusan apa yang akan dipilih merupakan kebebasan dari pemeran.
b) Siswa
Dramatisasi ini akan berhasil apabila siswa dapat menjiwai perannya.dapat bertingkah laku sebagaimana dalam situasi sesungguhnya.
c) Bahan
Sesuatau yang akan didramatisasikan dikatakan bagus apabila terdapat kesesuaian bahan dengan pemerannya. Kriteria pemilihan bahan harus disesuaikan antara lain:
1)  Bahan harus sesuai dengan perkembangan jiwa siswa
2)  Bahan harus memperkaya pengalaman sosial siswa
3)  Bahan harus cukup mengandung sikap dan perbuatan yang akan didramatisasikan siswa
4) Bahan tidak mengandung adegan yang bertentangan dengan nilai pancasila, agama, dan kepribadian bangsa.




Model Pembelajaran Sosiodrama
Posted at: 14:03

0 comments:

Post a Comment

MS