Makalah Parabola

Posted by Asrofy on 11:40

[Enter Post Title Here]


BAB I
PENDAHULUAN
A.       LATAR BELAKANG
Parabola dipelajari oleh Menaechmus yang merupakan murid dari Plato dan Eudoxus. Ia berusaha untuk menduplikasi kubus, yaitu untuk mencari sisi kubus yang memiliki volume dua kali lipat dari sebuah kubus yang diberikan. Oleh karena itu ia berusaha untuk memecahkan x3 = 2 dengan metode geometri.
Bahkan metode geometris konstruksi penggaris dan kompas tidak bisa memecahkan ini (tapi Menaechmus tidak tahu ini). Menaechmus dipecahkan itu dengan mencari perpotongan dari dua parabola x2 = y dan y2 = 2x.
Euclid menulis tentang parabola dan itu diberi nama yang sekarang oleh Apollonius. Fokus dan direktori dari parabola itu dikemukakan oleh Pappus . Pascal mengemukakan parabola sebagai proyeksi lingkaran dan Galileo menunjukkan bahwa proyektil mengikuti jalur parabola.
Gregory dan Newton mengemukakan sebagai properti dari sebuah parabola yang membawa sinar sejajar cahaya untuk fokus.
Pedal parabola dengan titik sebagai titik pedal adalah cissoids. Pedal dari parabola dengan fokus sebagai pedal titik adalah garis lurus. Dengan kaki pedal directrix sebagai titik itu adalah hak strophoid (sebuah strophoid miring untuk himpunantiap titik lain dari directrix). Kurva pedal saat pedal titik gambar fokus dalam directrix adalah Trisectrix dari Maclaurin.
Evolute parabola adalah parabola Neile itu. Dari titik di atas tiga normals evolute dapat ditarik untuk parabola, sementara hanya satu normal dapat ditarik untuk parabola dari titik bawah evolute. Jika fokus parabola diambil sebagai pusat inversi, parabola membalikkan ke cardioids. Jika simpul parabola diambil sebagai pusat inversi, parabola membalikkan ke Cissoid dari Diocles. Para kaustik dari parabola dengan sinar tegak lurus terhadap sumbu parabola adalah Tschirnhaus's Cubic.
Pada makalah kali ini, parabola yang akan dibahas adalah persamaan - persamaan parabola bentuk baku, konstruksi gometrik dari parabola, aplikasi dari parabola, persamaan parabola bentuk umum,dan persamaan garis singgung pada parabola.
B.       Rumusan Masalah
1.    Bagaimana persamaan - persamaan parabola bentuk baku?
2.    Bagaimana konstruksi gometrik dari parabola?
3.    Apa saja aplikasi dari parabola?
4.    Bagaimana persamaan parabola bentuk umum?
5.    Bagaimana persamaan garis singgung pada parabola?
C.       Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam tentang persamaan - persamaan parabola bentuk baku, konstruksi gometrik dari parabola, aplikasi dari parabola, persamaan parabola bentuk umum, persamaan garis singgung pada parabola, sehingga dapat menggunakan aplikasi-aplikasi parabola  dalam kehidupan sehari-hari.
D.      Manfaat
1.      Memeberikan nilai tambah pengetahuan tentang  persamaan  parabola bentuk baku.
2.      Memberikan nilai tambah pengetahuan tentang konstruksi geometric dari parabola.
3.      Memberikan nilai tambah pengetahuan tentang aplikasi-aplikasi  parabola.
4.      Memberikan nilai tambah pengetahuan tentang persamaan parabola  bentuk umum.
5.      Memberikan nilai tambah pengetahuan tentang persamaan garis      singgung pada parabola.








BAB II
PEMABAHASAN

A.     Persamaan Parabola Bentuk Baku
Parabola didefinisikan sebagai tempat kedudukan titik-titik P(x, y) pada bidang sedemikian hingga titik itu berjarak sama dari suatu titik tertentu yang disebut fokus dan garis tertentu yang tidak memuat fokus dan disebut direktrik.
Untuk menentukan persamaan parabola, pertama ditinjau parabola dengan fokus berada pada sumbu-x dan dengan direktrik tegak lurus sumbu-x. Sedangkan sumbu-y diletakkan di tengah-tengah segmen garis hubung dari titik fokus F ke garis direktrik d.
Text Box: x = –c
 



                                                 







Gambar 2.1
Misalkan jarak antara garis direktrik dengan fokus adalah 2c, maka koordinat titik fokusnya adalah F(c, 0) dan persamaan garis direktrik d adalah x = –c, c ¹ 0. (lihat gambar 2.1).
Jika P(x, y) adalah sembarang titik pada parabola, maka dari definisi kurva parabola diperoleh hubungan.
                                                                                      =
Û                                         = |x + c|
Û                                                 (xc)2 + y2   = (x + c)2
Û                                        x2 – 2cx + c2 + y2   = x2 + 2cx + c2
Û                                                                   y2    = 4cx      . . . . . . . .   (1)
Persamaan (1) di atas merupakan persamaan parabola yang dicari yaitu parabola yang mempunyai fokus F dengan koordinat (c, 0) dan persamaan garis direktrik d º x = –c, c ¹ 0.
Jika dilakukan pertukaran x dan y dalam (1) maka diperoleh
                                                                                        x2 = 4cy      . . . . . . . .   (2)
yang mana (2) merupakan persamaan parabola dengan fokus di titik (0, c) pada sumbu-y dan garis direktrik dengan persamaan d º y = –c.
Persamaan (1) dan (2) dikenal sebagai persamaan parabola bentuk baku.
Jika c adalah positif, maka parabola adalah terbuka ke arah sumbu-x atau sumbu-y positif; sebaliknya jika c adalah negatif, maka parabola adalah terbuka ke arah sumbu-x atau sumbu-y negatif, bergantung parabola bentuk baku (1) atau (2)
Sekarang kita perhatikan beberapa sifat dari parabola sebelum melanjutkan ke permasalahan yang lain. Pertama parabola adalah kurva yang simetrik. Garis simetri dari parabola disebut sumbu parabola. Garis ini tegak lurus dengan direktrik dan memuat titik fokus. Titik potong sumbu dengan parabola disebut puncak (vertex).






Gambar 2.2.
Tali busur parabola yang melalui fokus dan tegak lurus sumbu parabola disebut latus rectum parabola. Panjang latus rektum dapat dihitung secara langsung dari gambar 6.2, yang mana latus rektum adalah segmen garis LR. Fokus dan puncak parabola F dan V, sedangkan direktriknya d = . Sumbu parabola dan garisdirektrik berpotongan di E. Berdasarkan definisi parabola, LF = LD = |2c|. Jadi panjang laktus rektum adalah LR = |4c|.
Sebuah parabola yang diketahui fokus dan direktriknya dapat segera dikonstruksi dengan penggaris dan jangka sebagai berikut: Misalkan F adalah fokus dan d direktrik yang diberikan (lihat gambar 6.3). Gambar  sumbu  para bola EF, yang tentu saja memuat titik fokus F dan tegak lurus dengan garis d berpotongan di E. Puncak parabola V adalah titik tengah antara E dan F.








Gambar 2.3.

Ambil sembarang titik A pada sumbu dan berada pada sisi yang sama dengan F terhadap titik V. Melalui A lukis garis AB yang sejajar dengan direktrik (atau tegak lurus dengan sumbu parabola).
Dengan F sebagai pusat dan jari-jari sama dengan panjang EA, lukis busur yang memotong AB di P dan P. Maka P dan P’ adalah titik-titik pada parabola yang dicari, karena PF = AE = PD, yaitu titik yang berjarak sama terhadap titik F dan garis d. Secara sama dapat diujikan untuk titik P’.
Dengan mengubah posisi titik A dapat dikonstruksikan sebanyak titik yang diinginkan pada parabola. Secara praktis, akan sangat memudahkan, apabila pada langkah awal dilukis sejumlah garis sejajar dengan direktrik untuk memperoleh titik anggota tempat kedudukan.
Suatu cara yang sangat mudah dilakukan dalam memvisualisasikan bentuk parabola adalah dengan menggunakan sehelai benang. Jika sehelai benang yang lentur ujung-ujungnya dikaitkan pada paku pada dinding yang rata, maka lengkungan benang yang menggantung akan membentuk parabola.
Contoh 1:
Tentukan koordinat fokus dan persamaan direktrik parabola dengan persamaan y2 = –8x. Lukis grafik parabola tersebut.
Jawab:
Dengan membandingkan persamaan parabola dalam bentuk baku (1)       maka    diperoleh hubungan
Û       4c = –8
Û         c = –2
Jadi parabola di atas mempunyai titik fokus di (–2, 0).
Persamaan garis direktriknya adalah x = 2.
Untuk melukis grafik parabola di atas, pertama dilukis garis direktrik dan fokusnya. Kemudian buat sketsa grafik dengan menentukan beberapa titik yang berjarak sama dari fokus dengan direktrik. Sketsa grafik dapat diperlihatkan dalam gambar 2.4.
C. 

   Aplikasi Parabola


Lintasan peluru meriam yang ditembakkan dari suatu tempat dengan sudut elevasi tertentu, dengan mengabaikan resistensi udara dan lainnya, adalah sebuah parabola. Kabel pada jembatan gantung yang mempunyai distribusi beban seragam akan menggantung dalam bentuk parabola. Arsitektur jembaran atau ornamen pada sebuah gedung kadang-kadang dibuat dalam bentuk parabolik.

Ada dua sifat yang menarik dari parabola yang mempunyai terapan dalam konstruksi lampu sorot, lampu mobil dan teleskop. Sebuah parabola yang diputar terhadap sumbunya akan membentuk sebuah permukaan. Jika permukaan cekung pada benda ini digunakan sebagai reflektor, sinar cahaya yang datang secara paralel dengan sumbu akan diarahkan ke fokus. Sebaliknya, jika sebuah sumber cahaya dipancarkan dari fokus, maka cahaya akan dipantulkan ke luar dalam bentuk cahaya yang sejajar.











Dalam gambar 2.5. misalkan P adalah sembarang titik pada grafik suatu parabola dan PT adalah garis singgung di titik P. F adalah fokus parabola, dan a adalah sudut antara FP dan garis singgung PT. PR sejajar dengan sumbu parabola, dan b sudut antara PR dan PT. Dapat dibuktikan (dalam latihan 6 C) bahwa a = b.
B13Dengan penjelasan ini, kepala lampu senter, permukaan kepala lampu kendaraan, dan sebagainya dibuat dalam bentuk parabolik. Tetapi reflektor pada teleskop, detektor suara parabolik, antena radio atau televisi berbentuk parabolik dibuat berdasar pada prinsip yang berkebalikan (gambar 2.6). Pada teleskop, sinar cahaya dari suatu obyek di langit yang jatuh ke cermin dan sejajar dengan sumbu parabola akan dipantulkan dan dikumpulkan pada fokusnya.









Gambar 2.6 :

Latihan 1

Pada masing-masing parabola berikut, tentukan koordinat fokus, persamaan direktrik dan panjang latus rektum.
1.       y2 = 12x.                           7. 5y2 = 2x.
2.       x2 = 4y.                             8. 10x = y2.
3.       2y2 = 5x.                           9. y2 = 4x.
4.       y2 = 2x.                             10. x= y2.
5.       y2 = –12x.         11. y2 + 8x = 0.
6.       x2 = –6y.                           12. y = ax2.
Dengan merujuk pada penjelasan tentang translasi sumbu, jika puncak parabola di titik V dengan koordinat (h, k) maka akan diperoleh persamaan parabola yang lebih umum, dan persamaan baku parabola (1) dan (2) dari seksi 6.1 akan berubah menjadi berturut-turut
Û                   (y – k)2 = 4c(x – h)  . . . . . . (1)
Û                   (x – h)2 = 4c(y – k)  . . . . . . (2)
Persamaan (1) di atas adalah persamaan parabola yang berpuncak di (h, k), dengan titik fokus (h + c, k) dan direktrik x = hc. Sedangkan fokus parabola dengan persamaan (2) adalah (h, c + k) dan direktrik y = kc.
Penjabaran lebih lanjut dari persamaan parabola (1) menghasilkan
Û                                     (yk)2  = 4c(xh)
Û                            y2 – 2ky + k2  = 4cx – 4ch
Û        y2 – 4cx – 2ky + k2 + 4ch  = 0
Secara umum persamaan (1) dapat direduksi dalam bentuk
                                        Cy2 + Dx + Ey + F = 0     . . . . . . (3)                                       
Dengan C dan D tidak sama dengan nol yang menyatakan persamaan parabola dengan sumbu simetrinya sejajar dengan sumbu-x.
Secara sama persamaan (2) dapat direduksi dalam bentuk
                                       Ax2 + Dx + Ey + F = 0      . . . . . . (4)
                                                                    
Dengan A dan E tidak sama dengan nol yang menyatakan persamaan parabola dengan sumbu simetrinya sejajar dengan sumbu-y. Persamaan (3) dan (4) di atas dikenal sebagai bentuk umum persamaan parabola.
Contoh 1:
Tentukan persamaan parabola yang mempunyai fokus di titik (7, 2) dan dengan direktrik garis x = 1. Buat sketsa grafiknya.
Jawab:
Puncak parabola berada di tengah antara fokus dan direktrik. Dengan mudah dapat diperoleh bahwa titik puncak parabola berada pada titik (4, 2). Jadi h = 4 dan k = 2.
Karena direktrik parabola adalah garis x = 1, maka parabola yang dicari bersesuaian dengan persamaan (1) dan berlaku
hc = 1
c = h – 1 = 4 – 1 = 3.
Jadi persamaan parabola bentuk baku yang dicari adalah
(y – 2)2 = 4×3 (x – 4)       Û        (y – 2)2 = 12(x – 4)
Parabola diatas dapat direduksi menjadi dalam bentuk umum
y2 – 12x – 4y + 52 = 0.
Text Box: x = 1Sketsa grafik dapat dilihat pada gambar 2.7 berikut.









Contoh 2:
Sebuah parabola mempunyai persamaan 3x2 + 6x + 12y = 5. Nyatakan ke dalam bentuk baku, kemudian tentukan puncak, titik fokus dan direktrik dari parabola tersebut.

Jawab:
Kita ubah bentuk persamaan di atas ke dalam bentuk baku seperti pada  persamaan (2)
Û               3x2 + 6x + 8y   = 5
Û                       3x2 + 6x   = – 8y + 5
Û                    3(x2 + 2x)   = – 8y + 5
Û        3(x2 + 2x + 1 – 1)   = – 8y + 5
Û                3(x + 1)2 – 3   = – 8y + 5
Û                      3(x + 1)2   = – 8y + 8
Û                      3(x + 1)2   = – 8(y – 1)
Û                        (x + 1)2   = –  (y – 1)
Dengan membandingkan persamaan ini dengan persamaan (2) maka diperoleh informasi
h = –1, k = 1
dan
4c = –           Û        c = –
Jadi dapatlah disimpulkan bahwa parabola yang terjadi berpuncak di (–1, 1), titik fokusnya adalah (–1, 1 + (–)) = (–1, ); dan garis direktriknya
y = 1 – (–)    Û        y =
Sketsa grafik dapat dilihat di gambar 2.8.







Latihan 2.

Pada soal 1 – 6 tentukan persamaan parabola jika diberikan data-data sebagai berikut: Buat sketsa grafiknya.
1.         Puncak di titik (2, 3); fokus di titik (5, 3).
2.         Puncak (2, 5); fokus (2, ­1).
3.         Fokus (6, 1); direktrik sumbu-y.
4.         Puncak (3, 1); direktrik y = 3
5.         Puncak (–4, –3); direktrik x = 6.
6.         Puncak (4, –2); latus rektum sama dengan 8; sumbu parabola y + 2 = 0.
7.         Ujung-ujung latus rektum (–2, –7) dan (6, –7), parabola menghadap ke atas.
8.         Ujung-ujung latus rektum (3, 1) dan (3, 5), parabola menghadap ke kanan.
9.         Absis salah satu ujung latus rektum adalah 5, puncak parabola di (1, –1), sumbu parabola sejajar dengan sumbu-y.
Fokus (4, 5), garis x = 4 menjadi sumbu simetri, dan melalui titik (2, 3).

Seperti halnya pada lingkaran dan ellips, terdapat dua macam garis singgung yang akan dibicarakan, yaitu garis singgung yang melalui salah satu titik pada parabola dan garis singgung yang mempunyai kemiringan tertentu.

1.      Persamaan Garis Singgung yang mempunyai kemiringan m.

2.      Pada parabola yang membuka ke kiri/kanan

Sekarang dibahas garis singgung suatu parabola yang mempunyai kemiringan tertentu.

Misalkan kita akan mencari persamaan garis singgung parabola y2 = 4cx yang mempunyai kemiringan m (lihat gambar 2.9).
Gambar 2.9.
Karena kemiringan garis singgung l sudah diketahui maka dimisalkan mempunyai persamaan garis yaitu keluarga garis dengan kemiringan m;
l º y = mx + b,
dengan b konstanta yang belum diketahui.
Jika persamaan garis itu disubstitusikan ke persamaan parabola akan diperoleh hubungan
                                                                                      (mx + b)2  = 4cx
Û                        m2x2 + (2mb – 4c)x + b2  = 0   . . . . . . .   (1)
Oleh karena garis menyinggung parabola maka haruslah memotong pada satu titik saja, dengan kata lain persamaan kuadrat di atas haruslah mempunyai penyelesaian yang kembar. Hal itu berarti nilai diskriminannya haruslah nol.
Kondisi ini diberikan oleh persamaan :
                          (2mb – 4c)2 – 4m2b2      = 0
Persamaan di atas akan memberikan selesaian untuk b
                        b   = , m ¹ 0
Jadi persamaan garis singgung parabola y2 = 4cx yang mempunyai kemiringan m adalah
l º y = mx +   . . . . . . . .     (2)
Persamaan garis singgung parabola (yk)2 = 4c(xk) yang berpuncak di titik (h, k) dan sumbu parabola sejajar dengan sumbu-x, jika garis mempunyai kemiringan m, dapat diperoleh dengan mentranslasikan persamaan (2) sedemikian hingga titik asal berpindah ke titik (h, k). Dengan translasi ini diperoleh persamaan garis:
yk = m(xh) +    . . . . . . .     (3)   
Contoh 1:
Tentukan persamaan garis singgung parabola y2 + 6y – 8x + 25 = 0 yang tegak lurus garis 2x + y – 3 = 0.
Jawab:
Kita tulis kembali persamaan parabola
y2 + 6y = – 8x + 25
Dengan melengkapkan kuadrat persamaan parabola pada suku yang memuat y pada ruas kiri diperoleh bentuk :
Û                      (y + 3)2   = 8x ­– 16
Û                      (y + 3)2   = 4×2(x ­– 2)
Persamaan terakhir adalah bentuk baku dari persamaan parabola dengan puncak (2, –3) dan c = 2, yaitu h = 2, dan k = –3.
Misalkan m adalah kemiringan garis singgung yang dicari. Garis 2x + y – 3 = 0 mempunyai kemiringan –2, sedangkan garis singgung yang diminta tegak lurus dengan di atas, yang berarti perkalian antar kemiringan garis sama dengan –1. Jadi
m.(–2) = –1             Û           m = ½.
Dengan persamaan (3) di atas maka persamaan garis singgung yang dicari adalah :
Û                                 y + 3   = ½(x – 2) +
Û                              x – 2y   = 0
Jadi persamaan garis singgung yang dicari adalah
Û                              x – 2y   = 0

 

3.      Pada parabola yang membuka ke atas/bawah

Perhatikan bahwa persamaan garis singgung seperti tertuang baik dalam persamaan (2) maupun (3) di atas hanya berlaku pada parabola yang sumbu simetrinya berimpit atau sejajar sumbu-x. Jika sumbu simetrinya sejajar dengan sumbu-y, atau membuka ke atas/bawah maka rumus tersebut tidak berlaku.
Persamaan baku parabola yang berpuncak di titik asal dan sumbu simetrinya berimpit dengan sumbu-y adalah x2 = 4cy. Misalkan persamaan garis singgung parabola itu mempunyai kemiringan m, dan kita misalkan berbentuk
l º y  = mx + b
dengan b konstanta yang belum diketahui.
Jika y disubstitusikan pada parabola diperoleh
x2  = 4c(mx + b)
x2 – 4cmx – 4cb  = 0            . . . . . . . .    (4)
Dengan penjelasan yang sama dalam menurunkan rumus (3) maka l menyinggung parabola maka diskriminan persamaan kuadrat (4) haruslah nol. Hal itu diberikan oleh persamaan :
(4cm)2 – 4×(–4cb) = 0
yang memberikan penyelesaian untuk b yaitu :
b = –cm2
Jadi persamaan garis singgung yang dicari adalah
y = mxcm2   . . . . . . .    (5)
Demikian pula untuk memperoleh persamaan garis singgung parabola yang lebih umum (xh)2 = 4c(yk) yang berpuncak di titik (h, k) dan sumbu parabola sejajar dengan sumbu-y, jika garis mempunyai kemiringan m, dapat diperoleh dengan mentranslasikan persamaan (5) sedemikian hingga titik asal berpindah ke titik (h, k). Dengan translasi ini diperoleh persamaan garis:
yk = m(xh) – cm2        . . . . . .    (6)
F.      Persamaan Garis Singgung yang Melalui Titik di Parabola
1.      Pada parabola yang membuka ke kiri/kanan
Untuk menentukan persamaan garis singgung parabola di titik (x1, y1) yang terletak pada parabola, pertama kita pandang parabola dalam bentuk y2 = 4cx dan rumus persamaan garis singgung yang ada rumus (2) pada seksi 6.5.1.
Menurut (2), persamaan garis singgung parabola y2 = 4cx dengan
kemiringan m adalah y = mx + . Jika titik (x1, y1) merupakan titik singgung garis pada parabola, maka akan berlaku
y1 = mx1 +    . . . . . . .         (1)
Sekarang nilai m akan kita cari dalam bentuk x1, y1 dan c yang mana parameter itu sudah diketahui/diberikan.
Kalikan masing-masing ruas pada persamaan (1) dengan m diperoleh bentuk persamaan kuadrat
x1m2y1m + c = 0
yang memberikan penyelesaian untuk m
m =     . . . . . . . . . .     (2)
Karena titik (x1, y1) juga terletak pada parabola maka juga berlaku hubungan
y12 = 4cx1    . . . . . . . .      (3)
sehingga jika disubstitusikan ke persamaan (2) diperoleh
m =     . . . . . . . .       (4)
Jika nilai m disubstitusikan ke persamaan garis singgung diperoleh
                                                                            y   = mx + .
                                                                            y   = x +
y1y                                            = x + 2x1c
Substitusi nilai y12 = 4cx1 ke persamaan di atas diperoleh
                                                                        y1y   = 2c(x + x1)
Jadi jika P(x1, y1) titik pada parabola y2 = 4cx, maka persamaan garis singgung parabola di titik P diberikan oleh persamaan
                                                                        y1y   = 4c×½(x + x1)    . . . . . . . .      (5)
Misalkan P(x1 , y1) titik pada parabola (yk)2 = 4c(xh), maka persamaan garis singgung parabola di titik P dapat dicari dari persamaan (5) dengan mentranslasikan sumbu-sumbu koordinat sedemikian hingga titik asal (0, 0) menjadi titik dengan koordinat (h, k), yaitu dengan substitusi
                                                    (y1k)(yk)   = 4c(½(x + x1) – h)  . . . . . . . .   (6)
Jika parabola dalam bentuk umum Cy2 + Dx + Ey + F = 0, maka persamaan garis singgung parabola yang menyinggung di titik P(x1, y1) dapat dituliskan dalam bentuk:
                                        Cy1y + ½D(x + x1) + ½E(y + y1) + F = 0   . . . . . . .       (7)
Contoh 1:
Tentukan persamaan garis singgung parabola y2 = 8x di titik yang mempunyai ordinat 4.
Jawab:
Kita nyatakan parabola dalam bentuk baku
Û                                 y2 = 8x
Û                                 y2 = 4×2x
Dari persamaan di atas terlihat bahwa c = 2 dan puncak parabola di titik (0, 0)
Untuk menentukan koordinat titik yang terletak pada parabola dengan ordinat 4, kita masukkan y = 4 pada parabola maka diperoleh absis
Û                                 42 = 8x
Û                                  x  = 2
Jadi titik singgung yang dimaksud adalah (2, 4). Dengan mempergunakan persamaan (5) kita peroleh
Û                                4y  = 2×2(x + 2)
Û                                4y  = 4x + 8
Û                     xy + 2  = 0
Grafik persamaan parabola dan garis singgungnya dapat dilihat di gambar 6.10 berikut




Gambar 2.10 :

1.      Pada parabola yang membuka ke atas/bawah

Selanjutnya kita perhatikan parabola dalam bentuk x2 = 4cy dan rumus persamaan garis singgung yang ada rumus (5) pada seksi 6.5.1.
Andaikan titik P(x1, y1) pada parabola x2 = 4cy, maka berlaku
                                                                 x12 = 4cy1  . . . . . . . .         (1)
dan dengan mengingat persamaan garis singgung parabola yang mempunyai kemiringan m adalah  y = mxcm2 dan titik P(x1, y1) pada garis singgung, maka berlaku
Û                              y1 = mx1cm2                                                                          
Û        cm2x1m + y1 = 0    . . . . . . . .      (2)
Diperoleh penyelesaian m dalam x1, y1, dan c yaitu
m =
Dengan mengingat (1) maka
m =    . . . . . . . . . .       (3)
Jika nilai m ini disubstitusikan ke persamaan garis singgung diperoleh
Û    y = x c
Û     4cy = 2x1xx12
Dengan mengingat rumus (1) diperoleh
Û                       4cy  = 2x1x – 4cy1
Û                       x1x  = 4c     . . . . . . . . . .        (4)
Jika parabola dalam bentuk umum Ax2 + Dx + Ey + F = 0, maka persamaan garis singgung parabola yang menyinggung di titik P(x1, y1) dapat dituliskan dalam bentuk:
                                     Ax1x + ½D(x + x1) + ½E(y + y1) + F = 0    . . . . . . . . .       (5)

Contoh 1:
Tentukan persamaan garis singgung parabola y = x2 – 6x + 5 di titik (2, –3).
Jawab:
Persamaan parabola di atas jika dinyatakan dalam bentuk umum akan berbentuk
x2 – 6xy + 5 = 0
Dengan demikian diketahui bahwa A = 1, D = –6, E = –1, dan F = 5. Diketahui pula x1 = 2, y1 = –3. Jadi menurut persamaan (5) persamaan garis yang dicari adalah
Û         2x – ½×6(x + 2) – ½ (y – 3) + 5 = 0
Û         2x + y – 1 = 0

Latihan 3.

Pada soal 1 – 6 tentukan persamaan garis singgung pada parabola di titik A(x1, y1) yang diberikan dan yang mempunyai kemiringan m yang diberikan.
                                          1.  y2 = 6x,                                            m = 2,         A(2, 2/3)
                                          2.  x2 + 4y = 0,   m = ½ ,                     A(2, –1)
                                          3.  x + 2y2 = 1,   m = 3/4,                  A(1, –1)
                                          4.  8x2 – 3y = 0,                                   m = –2,      A(1/2, 4/3)
                                          5.  2x2 + 3y – 6 = 0,                            m = –3/4, A(1, 4/3)
                                          6.  y2 + 2y + 6x + 4 = 0,                      m = 1,         A(–2, 4)
                                     7.  Tentukan persamaan parabola yang menyinggung garis x = 2 di titik (2, 0) dan titik fokusnya (4, 0).
                                     8.  Puncak parabola menyinggung garis y = 2. Tentukan persamaan parabola tersebut jika titik fokusnya (5, 2).
                                     9.  Tentukan persamaan garis singgung parabola y2 = –16x yang sejajar garis xy = 3.
                                 10.  Tentukan persamaan garis singgung parabola y2 + 2y + 6x + 4 = 0 yang tegak lurus garis x + 2y = 6.




















BAB III
PENUTUP
A.         Kesimpulan
Antara parabola y=ax2+bx+c dan garis y=mx+n bisa dilukiskan hubungan keduanya dengan cara mensubstitusikan persamaan garis ke persamaan parabola guna mendapatkan persamaan kuadrat dengan bentuk ax2+(b-n)x+(c-n)=0. Diskriminan persamaan tersebut adalah D=(b-n)2-4a(c-n) dan diperoleh hubungan sebagai berikut:
·           Jika D>0 maka garis akan memotong parabola di dua titik berbeda
·           Jika D=0 maka garis akan menyinggung parabola
·           Jika D<0 maka garis tidak akan memotong parabola

B.       Saran
1.      Dengan tersusunnya makalah ini marilah kita mencoba sedikit-demi sedikit meningkatkan kereatifitas dalam membahas tentang parabola.
2.      Makalah tentang parabola ini hendaknya dapat menjadi sumber belajar untuk mengadakan pengkajian aliran ini di masa mendatang.
3.      Makalah ini masih terbatas pada pembahasan tentang persamaan persamaan parabola bentuk baku, konstruksi gometrik dari parabola,  aplikasi  dari parabola, persamaan parabola bentuk umum, persamaan garis singgung pada parabola pada pengkajian selajutnya diharapkan lebih mendalam dan lebih luas. Kami sangat mengharapkan bimbingan yang terus-menerus dari bapak dosen pengampu mata kuliah  ini agar kami dari waktu-kewaktu menjadi orang  yang lebih baik.






DAFTAR PUSTAKA
Sri Kurnianingsih. (2006). matematika SMA dan MA ESIS kelas X semester           genapjilid 1B, Esis-Erlangga: Bandung. (halaman 60-104).
Setiawan.(2004). pembelajarantrigonometriberorientasi PAKEM di SMA. P3G: Yogyakarta.
Bayani, Aprijalul.2010. Smart Matematika Solusi Memahami Rumus Matematika Untuk SLTA, Mahasiswa dan Umum. Aik Mel: Forum Insan Matematika Gaul Bermoral.
Simangunson, Wilson. 2005. Matematika Dasar. Jakarta: Erlangga




Makalah Parabola
Posted at: 11:40

0 comments:

Post a Comment

MS