Positivisme

Posted by Asrofy on 12:58

                                          KATA PENGANTAR
           Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,  yang telah memberikan kita kesehatan,kesempatan, sehingga saya dapat menyusun  Makalah ini,  yang terkait dengan mata kuliah Pengantar Filsafat  dengan pokok pembahasan ‘’POSITIVISME’’.  Kemudian selawat serta salam tak lupa kita panjatkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW. yang telah mengantarkan ummat manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.
             Saya menyusun makalah ini dengan harapan bahwa makalah ini dapat bermamfaat untuk kita semua, dan tidak lupa pula saya sebagai penyusun makalah ini menghanturkan banyak terima kasih atas segala kepercayaanya terutama pada bapak pengampu yang saya hormati. Akan tetapa saya sadar bahwa makalah ini masih sangat jauh dari harapan, oleh sebab itu tegur sapa dan kritik yang bersifat menambah pengetahuan bagi kita semua sangat saya harapkan. Dan saya berharap semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi kita semua. Amin….

                                                                              Pancor, 13 januari, 2012
                                                                                       Penulis
                                                                                                                                                           
                                          
DAFTAR ISI

HalamanJudul.............................................................................................. 1      
KataPengantar.............................................................................................. 2      
DaftarIsi....................................................................................................... 3      
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang............................................................................. 4      
B. RumusanMasalah........................................................................ 4      
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Positivisme................................................................ 5      
B. Tokoh-Tokoh Positivisme............................................................ 7      
C. Kebenaran Ilmu Menurut Pandangan Positivisme...................... 11    
1. Teori Tentang Kebenaran........................................................ 11    
2. Positivisme Logis.................................................................... 12    
D. Positivisme Didalam Ilmu Pengetahuan..................................... 13    
BAB III PENUTU
A.Kesimpulan.................................................................................. 15    
B.Saran............................................................................................. 15    
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
            Istilah positivism ini pertama kali dipergunakan oleh prancis biken seorang filosof berkebangsaan inggris. Istilah positivism ini pertama kali dipergunakan oleh prancis biken seorang filosof berkebangsaan inggris. positivisme adalah kesadaran pasitivistis tentang kenyataan, khususnya sebagaimana diterapkan pada ilmu-ilmu alam dan juga sikap positivistis dianut oleh ilmu-ilmu social. Salah satu pendiri aliran positivisme adalah August Comte karya utamanya: (Cours The Filosofi Positive), menurutnya semua yang diluar gejala dan hukumnya adalah khayalan. dasar semua pengetahuan adalah ilmu hitung. Ia juga membentuk “agama positif” kebaikan untuk ummat manusia. Positivisme ini mengrmbangkan pemikiran tentang ilmu pengetahuan universal bagi kehidupan manusia, Sehingga dari sini berkembanglah etika, politik, dll. ini hendak mengubah kajian-kajian etika menjadi sebuah ilmu seperti ilmu sosial seluruhnya
B. RUMUSAN MASALAH
1.  Apa yang anda ketahui tentang positivisme
2.  Apa letak perbedaan pendapat tentang positivisme dan persamaanya


BAB II
PEMBAHASAN
                                                     POSITIVISME             

A.    Pengertian Positivisme
Filsafat positif adalah istilah yang dipergunakan  oleh filosof prancis August  Comte[1] tentang pandangan dunia.positivisme adalah salah satu aliran filsafat modern. Istilah positivism ini pertama kali dipergunakan oleh prancis biken seorang filosof berkebangsaan inggris. Istilah positivism ini pertama kali dipergunakan oleh prancis biken seorang filosof berkebangsaan inggris.. Titik tolak pemikiranya adalah yang factual dan yang positif, sehingga metafisika ditolaknya.Dan ia berkeyakinan bahwa tanpa adanya pra asumsi, komprehensi-komprehensi pikiran dan apriori akal tidak boleh menarik kesimpulan dengan logika murni, oleh karena itu harus melakukan observasi atas hukum alam. positivisme adalah kesadaran pasitivistis tentang kenyataan, khususnya sebagaimana diterapkan pada ilmu-ilmu alam. Meski demikian , sikap positivistis juga dianut oleh ilmu-ilmu sosial dengan pengandaian bahwa prosedur-prosedur metodologis dari ilmu alam dapat langsung diterapkan pada ilmu-ilmu sosial. Positivisme ini dikembangkan oleh  August comte pada tahun (1930-1850).
Dalam lingkaran wina pengelompokan proposisi yang dilakukan Hume dengan analitis dan sintesis dan berasaskan ini kebenaran proposisi-proposisi empiris dikategorikan bermakna apabila ditegaskan dengan penyaksian dan eksperimen, dan proposisi-proposisi metafisika yang tidak dapat dieksperimenkan maka dikategorikan sebagai tidak bermakna dan tidak memiliki kebanaran.
Tesis positivisme adalah bahwa ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid, dan fakta-fakta sajalah yang munkin dapat menjadi objek pengetahuan. Dengan demikian positivism menolak keberadaan segala kekuatan atau subjek diluar fakta, menolak segala penggunaan metode diluar yang digunakan untuk menelaah fakta. Positivisme juga mengrmbangkan pemikiran tentang ilmu pengetahuan universal bagi kehidupan manusia, sehingga berkembang etika, politik, dan lain-lain sebagai disiplin ilmu, Kaum positivisme membangun etika atas dasar metode ilmiah empirisme. Mereka hendak mengubah kajian-kajian etika menjadi sebuah ilmu seperti ilmu sosial seluruhnya. Untuk merealisasikan tujuan ini mereka menerapkan metode investigative yang akhirnya melahirkan prinsif etika sebagai standar nilai masyarakat. Positivisme menolak setiap definisi yang tidak bisa digapai oleh pengetahuan manusia, bahkan ia juga menolak nilai(value).
Dasar dari pandangan positivistik dari ilmu sosial budaya tersebut yakni adanya anggapan bahwa;
      a.Gejala sosial budaya ilmu merupakan bagian dari hokum alami.        
a.       sosial budaya juga hukum alam.
b.      Berbagai prosedur serta metode penelitian dan analisis yang ada dan telah berkembang dalam ilmu-ilmu alam yang dapat diterapkan dalam ilmu-ilmu sosial budaya.
B.     Tokoh-Tokoh Positivisme
Tokoh utama positivism adalah August Comte, ia lahir di Monopellier,  prancis pada,tahun1798. Keluarganya beragama katolik dan berdarah bansa- wan,tetapi Comte tidak memperlihatkan loyalitasnya. Positivisme yang ditenarkan oleh Comte adalah tentang sebab yang pertama (prima causa), hakekat dan realitas yang sesungguhnya, makna dan tujuan dan sebagainya itu tak ada gunanya. Budi manusia harus membatasi dirinya pada fakta aktuil, yang disebut fenomena, yakni pernyataan barang dan peristiwa dalam pengalaman kita yang aktuil. Filsafat harus membatasi dirinya pada penemuan hubungan antara fenomena[2] dan keserbatentuan geraknya. Dengan menamakan paham ini filsafat, ia merupakan tahap terakhir pemikiran manusia, ia mengenai segala sesuatu yang pasti, perlu, positif, terutama tentang apa yang berguna untuk   lembaga-lembaga sosial. Jadi kalau kita membagi tahap pemikiran itu tiga  (pengetahuan indera, ilmu, dan filsafat), Comte mencoret tahap yang ketiga, karena tidak positif. Memang pemikiran filsafat tidak positif,tapi spekulatif.[3] August comte berkeyakinan bahwa makrifat-makrifat  manusia melewati tiga tahapan yaitu;
a.                   Tahapan agama dan ketuhanan, pada tahapan ini untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi hanya berpegang kehendak Tuhan/Tuhan-Tuhan.
b.       Tahapan filsafat yang menjelaskan fenomena-fenomena dengan    pemahaman metafisika   seperti kausalitas, substansi, aksiden dan esensiden eksistensi.                                                                                                                   
c.       Tahapan untuk menafsirkan semua bentuk tafsir agama dan tinjauan filsafat serta hanya mengedepankan metode empiris  dalam menyingkap fenomena-fenomena.     
   Menurut pendapatnya juga perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap yaitu 
1. Tahap teologis
Pada tahap ini manusia mengarahkan pandangan pada hakekat yang batiniah (pertama) dan tujuan terakhir segala sesuatu. disini orang masih mengakui adanya yang mutlak yang berada dibalik segala  sesuatu,  pada taraf pemikiran ini masih lagi ditemukan tiga tahap  antara lain;
a.       Tahap primitive/paling bersahaja, ketika orang percaya kepada paham bahwa segala sesuatu memiliki jiwa dan kekuatan (animism).
b.      Tahap politisme, dimana orang mereduksi satu  kekuatan adi kodrati kepada sekian banyak kekuatan  lain dan akhirnya setiap gejala memperlihatkan dewa-dewinya tersendiri.     
c.       Tahap monoteisme, tahap ini adalah tahap tertinggi. disini orang menggantika dewa-dewiyang banyak dengan satu  kekuatan ternggi yang bersifat mutlak.
2.Tahap metafisis                                                                         
pada tahap ini manusia hanya sebagai tujuan pergeseran dari tahap teologis, sifat yang  khas adalah kekuatan yang tadinya bersifat Adi kodrati diganti dengan kekuatan-kekuatan yang memp  Punyai pengertian abstrak yang diintegrasikan dengan alam/kosmos dengan pengada lahiriah yang disa    tukan bersifat umum. Tahap metafisika ini dilihat sebagai suatu perwujudan perubahan dari tahap teologis
3.Tahap ilmiah/positif                                                                 
pada tahap ini manusia telah mulai mengetahui dan sadar bahwa upaya pengenalan teologis dan metafisis tidak ada gunanya. Tahap tersebut berlaku pada setiap individu (dalam perkembangan rohani]) juga dibidang ilmu pengetahuan. Pada akhir hidupnya ia berupaya untuk membangun agama baru tanpa teologi atas dasar filsafat positifnya. Agama baru tanpa teologi ini mengagungkan akal dan mendambakan kemanusiaan dengan semboyan-semboyan cinta sebagai prinsip, teratur sebagai basis, kemajuan sebagai tujuan. Sebagai istilah ciptaanya yang terkenal altruisme yaitu mengnggap bahwa soal utama bagi manusia ialah usaha untuk hidup bagi kepentingan orang lain[4].
            Herbert Spencer (1820-1903) yang merupakan salah seorang filusuf positifisme inggris, menyusun pemikiran Evolusi menjadi system filsafat yang lengkap. Agnostik, karya utamanya adalah system of synthetic philosophy (10 jilid). Pemikirannya filsafat mempunyai kecendrungan sangat umum, dan tingkat keumumanya sangat tinggi[5] (The question tend to be very of general problem of the highest degree  of gerality) Spencer berpendapat bahwa kajian terhadap perilaku sosiologis secara ilmiah sepanjang perkembangan banyak masyarakat menegaskan bahwa etika manusia  berkembang secara gradual menuju hilangnya kecenderungan egoism, berkembangnya altruism dan kerja sama. Kajian itu juga memproyeksikan bahwa akan tiba suatu saat, dimana kecendrungan egoisme menghilang dari masyarakat. Spencer percaya bahwa pengetahuan mutlak tidaklah mungkin. Semua pengetahuan adalah nisbi dan tak mungkin misalnya meliwati batas fakta-fakta benda, gerak, tenaga, dan kesadaran. Ilmu bersifat sementara, karena ia nisbi.
            Dari kajian kita terhadap mazhab-mazhab orientasi empirisme dalam lapangan etika, dapat menarik kesimpulan yaitu ;                              
-          Sebagian mazhab ini memandang pengetahuan manusia tentang kebaikan dan keburukan berpijak pada pengalaman inderawi individu, seperti pada kaum Shopis dan Epicuros dikalangan filusuf yunani kuno, serta pada Bentham dan Hobbes dari Filusuf masa modern.
-          Sebagian juga mendasarkan etika kepada keuntungan individual, bahkan sampai
-          menyerukan peniadaan pertimbangan terhadapkondisi-kondisi sosiologi, berupa undang- undang, keyakinan, nilai, kebiasaan serta tradisi, seperti kaum shopis dan  hedonisme Kyrene.
-          Mazhab orientasi orientasi ini mempersatukan antara berbagai konsep kesenangan, manfaat dan kebahagiaan.                                                    
C.    KEBENARAN ILMU MENURUT PANDANGAN POSITIVISME
   1.TEORI TENTANG KEBENARAN
         Teori ini dilahirkan untuk mencoba mendekati arti dari kebenaran yang dimaksud. Beberapa teori itu adalah;
-    Teori korespondensi yaitu kebenaran/keadaan benar itu berupa kesesuaian antara arti yang  dimaksud oleh sebuah pendapat dengan apa yang sungguh merupakan halnya/faktanya (L,O. Kattsoff).
-    Teori konsistensi yaitu kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan  (judgement) dengan sesuatu yang lain yaitu fakta dan realitas, tetapi atas hubungan antara putusan- putusan itu sendiri (A.C. Awing, The fundamental Question of philophy).
-    Teori Pragmatis yaitu suatu preposisi adalah benar sepanjang preposisi tersebut berlaku (works), atau memuaskan  (statisfied). Penganut teori ini adalah Charles S. Baylin.
      2. POSITIVISME LOGIS
           Teori kebenaran menurut pandangan positivisme, positivisme logis (disebut juga sebagai empirisme logis, empirisme rasional, dan juga Neo-positivisme) adalah sebuah filsafat yang berasal dari lingkaran Wina pada tahun 1920-an. Anggota lingkungan Wina  ini antara lain; Kurt Gordel seorang ahli matematika, Philip Frank seorang ahli fisika, Otto Neurath seorang sosiologi, dan sebagainya. Aliran ini sangt dipengaruhi oleh pemikiran filsafat Ludwig Wittgenstein, walaupun pengaruhnya bersifat tidak langsung dan sebenarnya wittgentein sendiri tidak ikut aktif dalam kelompok wina tersebut.
             Pada tahun 1922 suatu gerakan filsafat baru yang dirintis oleh seorang fisikus sekaligus seorang filusuf yang bernama Moritz Schlik (1882-1936). Positivisme Logis berpendapat bahwa filsafat harus mengikuti yang sama dengan sains, filsafat harus memberikan criteria yang ketat untuk menetapkan apakah sebuah pernyataan adalah benar,salah atau tidak memiliki arti sama sekali. Prof.Dr.R.F Beerling, seorang serjana belanda mengemukakan teori tentang manusia,bahwa manusia itu adalah mahluk yang suka bertanya, karena dengan berfikir, bertanya, manusia menjelajahi pengembaraanya, mulai dari dirinya sendiri kemudian linkunganya bahkan sampai pada hal-hal lain yang menyangkut asal mula atau munkin akhir dari semua yang dilihatnya.
          Menurut positivisme logis tugas filsafat itu memperhatikan penjelasan tentang analisis/ proposisi-proposisi terutama dari ilmu pengetahuan. Menurutnya filsafat tidak memiliki suatu wilayah ilmiah tersendiri yang terletak disamping wilayah-wilayah lain yang menjadi objek ilmu pengetahuan. Menurut mazhab yang berpusat di wina bahwa suatu ungkapan atau proposisi dianggap bermakna manakala secara prinsip dapat diverifikasi. Menurut Schlik bahwa salah satu cara pengetahuan itu dimulai dengn pengamatan peristiwa secara empiris, dan yang semacam ini menjadi permulaan ilmu. Konstansi schlik ini menimbulkan kontroversi yaitu prinsip yang meletakkan verifikasi hanya pada suatu peristiwa yang dapat dialami secara langsung. Komentar atas verifikasi ini dari seorang tokoh positivisme logis yaitu Ayer. Penapsiran yang dikemukan oleh Ayer, berhasil mengatasi kelemahan yang terdapat dalam pandangan positisme logis sebelumnya.      
D.     POSITISME DI DALAM ILMU PENGETAHUAN
          Buku mikhael dua mau menanggapi isu pertama yakni suatu repleksi terhadap logika internal ilmu pengetahuan. Oleh karena itu buku ini bisa dilihat sebagai pembongkaran internal analitis terhadap paradigma positivisme yang terutama diindonesia. Positivisme juga dikritik oleh mikhael dua yaitu suatu aliran filsafat yang disebut sebagai positivism logis, atau juga disebut sebagai positivism modern. Dengan menggunakan berbagai teori didalam filsafat ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan para pemikir, seperti Karl Popper dengan teori falsifikasinya,  Hempel, Thomas Kuhn, dan beberapa pemikir lainya. Dan refleksi yang dilakukan mikhael juga membantu untuk menempatkan kembali ilmu pengetahuan didalam totalitas kehidupan manusia yang pada hakekatnya bersifat dialektis.  
                                                         
                                     













BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
             Filsafat positif adalah istilah yang dipergunakan  oleh filosof prancis August  Comte,  salah satu aliran filsafat modern   pertama kali dipergunakan oleh prancis biken seorang filosof  berkebangsaan inggris yang lahir pada abad 19. Positivisme ini dikembangkan oleh para tokoh diantaranya August Comte, yang lahir pada tahun 1798-1857 di Monopellier, prancis, dan Herbert Spencer, dia wafat pada tahun 1903, dia juga  merupakan salah seorang filusuf Evlusionisme inggris.

B.     KRITIK DAN SARAN
         Makalah ini saya susun dengan sesempurna mungkin, akan tetapi kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT, untuk itu kritik dan saranya yang saya harapkan bersifat membangun  untuk mendekati kesempurnaan.


DAFTAR PUSTAKA
Drs.Sidi Gazalba,1973, Sistematika filsafat, Jakarta: PT. Bulan Bintang
Frof.Dr. Khaelan, M.S, 2002, Filsafat Bahasa, Jakarta: Paradigma.
Prof.Konrad kebung,Ph, 2011, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
Asmoro Achmad, 1994, Filsafat Umum, Desember.
Prof. Dr. Sutardjo  A.Wiramihardja, 2007, Pengantar Filsafat, Bandung.





[1] ). August comte (1798 – 1857) : filosofi dan sosiologi prancis, pendiri aliran positivism. Tujuan utamanya  : masyarakat baru dengan jalan perkembangan rohaniah manuisa,  hanya mengindahkan gejala – gejala dan hubungan – hubungan nya yang tidak berubah – ubah. Menurut comte : semua yang diluar gejala dan hukumnya adalah khayalan. Dasar semua pengetahuan ialah ilmu hitung. Ia membentuk “agama positif’, kebaikan untuk umat manusia, karya utamanya : cours the filosofi positive (6 jilid, 1830 – ’42).
[2] ’Fenomena (phenomeen);  gambaran yang terbentuk dalam ruhani,  ketika panca indera menangkap barang-barang yang dapat disentuhnya;  gejala
[3] ‘Spekulatif (speculatief) ; Renungan. Pendapat spekulatif  adalah pendapat hanya berdasarkan pemikiran saja
[4] ’’Pringgodigdo,(Ed),op.Cit.Hlm.42.

[5] Herbert spencer juga mengatakan bahwa filsafat masih tepat untuk dipertahankan sebagai nama bagi pengetahuan mengenai generalitas yang tingkatnya paling tinggi. Ini secara diam-diam dikuatkan oleh tercakupnya Tuhan, alam, dan manusia dalam lingkupnya.

Positivisme
Posted at: 12:58

0 comments:

Post a Comment

MS