KATA
PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT, yang telah memberikan kita kesehatan,kesempatan,
sehingga saya dapat menyusun Makalah
ini, yang terkait dengan mata kuliah
Pengantar Filsafat dengan pokok
pembahasan ‘’POSITIVISME’’. Kemudian selawat serta salam tak lupa kita
panjatkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW. yang telah mengantarkan ummat
manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Saya menyusun makalah ini dengan
harapan bahwa makalah ini dapat bermamfaat untuk kita semua, dan tidak lupa
pula saya sebagai penyusun makalah ini menghanturkan banyak terima kasih atas
segala kepercayaanya terutama pada bapak pengampu yang saya hormati. Akan
tetapa saya sadar bahwa makalah ini masih sangat jauh dari harapan, oleh sebab
itu tegur sapa dan kritik yang bersifat menambah pengetahuan bagi kita semua
sangat saya harapkan. Dan saya berharap semoga makalah ini dapat bermamfaat
bagi kita semua. Amin….
Pancor, 13 januari, 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
HalamanJudul.............................................................................................. 1
KataPengantar.............................................................................................. 2
DaftarIsi....................................................................................................... 3
BAB
I PENDAHULUAN
A.
LatarBelakang............................................................................. 4
B.
RumusanMasalah........................................................................ 4
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Positivisme................................................................ 5
B.
Tokoh-Tokoh Positivisme............................................................ 7
C.
Kebenaran Ilmu Menurut Pandangan Positivisme...................... 11
1. Teori Tentang
Kebenaran........................................................ 11
2. Positivisme Logis.................................................................... 12
D.
Positivisme Didalam Ilmu Pengetahuan..................................... 13
BAB
III PENUTU
A.Kesimpulan.................................................................................. 15
B.Saran............................................................................................. 15
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Istilah positivism ini pertama kali
dipergunakan oleh prancis biken seorang filosof berkebangsaan inggris. Istilah positivism
ini pertama kali dipergunakan oleh prancis biken seorang filosof berkebangsaan
inggris. positivisme adalah kesadaran pasitivistis tentang kenyataan, khususnya
sebagaimana diterapkan pada ilmu-ilmu alam dan juga sikap positivistis dianut
oleh ilmu-ilmu social. Salah satu pendiri aliran positivisme adalah August
Comte karya utamanya: (Cours The Filosofi Positive), menurutnya semua
yang diluar gejala dan hukumnya adalah khayalan. dasar semua pengetahuan adalah
ilmu hitung. Ia juga membentuk “agama positif” kebaikan untuk ummat manusia. Positivisme
ini mengrmbangkan pemikiran tentang ilmu pengetahuan universal bagi kehidupan
manusia, Sehingga dari sini berkembanglah etika, politik, dll. ini hendak
mengubah kajian-kajian etika menjadi sebuah ilmu seperti ilmu sosial seluruhnya
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang anda ketahui
tentang positivisme
2.
Apa letak perbedaan pendapat tentang positivisme
dan persamaanya
BAB
II
PEMBAHASAN
POSITIVISME
A.
Pengertian
Positivisme
Filsafat positif adalah
istilah yang dipergunakan oleh filosof
prancis August Comte[1]
tentang pandangan dunia.positivisme adalah salah satu aliran filsafat modern. Istilah
positivism ini pertama kali dipergunakan oleh prancis biken seorang filosof
berkebangsaan inggris. Istilah positivism ini pertama kali dipergunakan oleh
prancis biken seorang filosof berkebangsaan inggris.. Titik tolak pemikiranya
adalah yang factual dan yang positif, sehingga metafisika ditolaknya.Dan ia
berkeyakinan bahwa tanpa adanya pra asumsi, komprehensi-komprehensi pikiran dan
apriori akal tidak boleh menarik kesimpulan dengan logika murni, oleh karena
itu harus melakukan observasi atas hukum alam. positivisme adalah kesadaran
pasitivistis tentang kenyataan, khususnya sebagaimana diterapkan pada ilmu-ilmu
alam. Meski demikian , sikap positivistis juga dianut oleh ilmu-ilmu sosial
dengan pengandaian bahwa prosedur-prosedur metodologis dari ilmu alam dapat
langsung diterapkan pada ilmu-ilmu sosial. Positivisme ini dikembangkan
oleh August comte pada tahun (1930-1850).
Dalam lingkaran wina
pengelompokan proposisi yang dilakukan Hume dengan analitis dan sintesis dan
berasaskan ini kebenaran proposisi-proposisi empiris dikategorikan bermakna
apabila ditegaskan dengan penyaksian dan eksperimen, dan proposisi-proposisi
metafisika yang tidak dapat dieksperimenkan maka dikategorikan sebagai tidak
bermakna dan tidak memiliki kebanaran.
Tesis positivisme
adalah bahwa ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid, dan fakta-fakta
sajalah yang munkin dapat menjadi objek pengetahuan. Dengan demikian positivism
menolak keberadaan segala kekuatan atau subjek diluar fakta, menolak segala
penggunaan metode diluar yang digunakan untuk menelaah fakta. Positivisme juga
mengrmbangkan pemikiran tentang ilmu pengetahuan universal bagi kehidupan
manusia, sehingga berkembang etika, politik, dan lain-lain sebagai disiplin
ilmu, Kaum positivisme membangun etika atas dasar metode ilmiah empirisme.
Mereka hendak mengubah kajian-kajian etika menjadi sebuah ilmu seperti ilmu
sosial seluruhnya. Untuk merealisasikan tujuan ini mereka menerapkan metode
investigative yang akhirnya melahirkan prinsif etika sebagai standar nilai
masyarakat. Positivisme menolak setiap definisi yang tidak bisa digapai oleh
pengetahuan manusia, bahkan ia juga menolak nilai(value).
Dasar dari pandangan
positivistik dari ilmu sosial budaya tersebut yakni adanya anggapan bahwa;
a.Gejala sosial budaya ilmu merupakan bagian
dari hokum alami.
a. sosial
budaya juga hukum alam.
b. Berbagai
prosedur serta metode penelitian dan analisis yang ada dan telah berkembang
dalam ilmu-ilmu alam yang dapat diterapkan dalam ilmu-ilmu sosial budaya.
B.
Tokoh-Tokoh
Positivisme
Tokoh utama positivism
adalah August Comte, ia lahir di Monopellier, prancis pada,tahun1798. Keluarganya beragama
katolik dan berdarah bansa- wan,tetapi Comte tidak memperlihatkan loyalitasnya.
Positivisme yang ditenarkan oleh Comte adalah tentang sebab yang pertama (prima
causa), hakekat dan realitas yang sesungguhnya, makna dan tujuan dan sebagainya
itu tak ada gunanya. Budi manusia harus membatasi dirinya pada fakta aktuil, yang
disebut fenomena, yakni pernyataan barang dan peristiwa dalam pengalaman kita
yang aktuil. Filsafat harus membatasi dirinya pada penemuan hubungan antara fenomena[2] dan
keserbatentuan geraknya. Dengan menamakan paham ini filsafat, ia merupakan
tahap terakhir pemikiran manusia, ia mengenai segala sesuatu yang pasti, perlu,
positif, terutama tentang apa yang berguna untuk lembaga-lembaga sosial. Jadi kalau kita
membagi tahap pemikiran itu tiga (pengetahuan
indera, ilmu, dan filsafat), Comte mencoret tahap yang ketiga, karena tidak
positif. Memang pemikiran filsafat tidak positif,tapi spekulatif.[3] August
comte berkeyakinan bahwa makrifat-makrifat
manusia melewati tiga tahapan yaitu;
a.
Tahapan agama dan ketuhanan, pada
tahapan ini untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi hanya berpegang
kehendak Tuhan/Tuhan-Tuhan.
b. Tahapan filsafat yang menjelaskan
fenomena-fenomena dengan pemahaman metafisika
seperti
kausalitas, substansi, aksiden dan esensiden eksistensi.
c. Tahapan
untuk menafsirkan semua bentuk tafsir agama dan tinjauan filsafat serta hanya mengedepankan
metode empiris dalam menyingkap
fenomena-fenomena.
Menurut pendapatnya juga perkembangan
pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap yaitu
1. Tahap teologis
Pada
tahap ini manusia mengarahkan pandangan pada hakekat yang batiniah (pertama)
dan tujuan terakhir segala sesuatu. disini orang masih mengakui adanya yang
mutlak yang berada dibalik segala
sesuatu, pada taraf pemikiran ini
masih lagi ditemukan tiga tahap antara
lain;
a. Tahap
primitive/paling bersahaja, ketika orang percaya kepada paham bahwa segala sesuatu
memiliki jiwa dan kekuatan (animism).
b. Tahap
politisme, dimana orang mereduksi satu
kekuatan adi kodrati kepada sekian banyak kekuatan lain dan akhirnya setiap
gejala memperlihatkan dewa-dewinya tersendiri.
c. Tahap
monoteisme, tahap ini adalah tahap tertinggi. disini orang menggantika
dewa-dewiyang banyak dengan satu
kekuatan ternggi yang bersifat mutlak.
2.Tahap
metafisis
pada
tahap ini manusia hanya sebagai tujuan pergeseran dari tahap teologis, sifat
yang khas adalah kekuatan yang tadinya
bersifat Adi kodrati diganti dengan kekuatan-kekuatan yang memp Punyai pengertian abstrak yang diintegrasikan
dengan alam/kosmos dengan pengada lahiriah yang disa tukan bersifat umum. Tahap metafisika ini
dilihat sebagai suatu perwujudan perubahan dari tahap teologis
3.Tahap ilmiah/positif
pada
tahap ini manusia telah mulai mengetahui dan sadar bahwa upaya pengenalan
teologis dan metafisis tidak ada gunanya. Tahap tersebut berlaku pada setiap
individu (dalam perkembangan rohani]) juga dibidang ilmu pengetahuan. Pada
akhir hidupnya ia berupaya untuk membangun agama baru tanpa teologi atas dasar
filsafat positifnya. Agama baru tanpa teologi ini mengagungkan akal dan mendambakan
kemanusiaan dengan semboyan-semboyan cinta sebagai prinsip, teratur sebagai
basis, kemajuan sebagai tujuan. Sebagai istilah ciptaanya yang terkenal altruisme
yaitu mengnggap bahwa soal utama bagi manusia ialah usaha untuk hidup bagi
kepentingan orang lain[4].
Herbert Spencer (1820-1903) yang
merupakan salah seorang filusuf positifisme inggris, menyusun pemikiran Evolusi
menjadi system filsafat yang lengkap. Agnostik, karya utamanya adalah system of
synthetic philosophy (10 jilid). Pemikirannya filsafat mempunyai kecendrungan
sangat umum, dan tingkat keumumanya sangat tinggi[5]
(The question tend to be very of general problem of the highest degree of gerality) Spencer berpendapat bahwa kajian
terhadap perilaku sosiologis secara ilmiah sepanjang perkembangan banyak
masyarakat menegaskan bahwa etika manusia
berkembang secara gradual menuju hilangnya kecenderungan egoism, berkembangnya
altruism dan kerja sama. Kajian itu juga memproyeksikan bahwa akan tiba suatu
saat, dimana kecendrungan egoisme menghilang dari masyarakat. Spencer percaya
bahwa pengetahuan mutlak tidaklah mungkin. Semua pengetahuan adalah nisbi dan
tak mungkin misalnya meliwati batas fakta-fakta benda, gerak, tenaga, dan
kesadaran. Ilmu bersifat sementara, karena ia nisbi.
Dari kajian kita terhadap mazhab-mazhab
orientasi empirisme dalam lapangan etika, dapat menarik kesimpulan yaitu ;
-
Sebagian mazhab ini memandang
pengetahuan manusia tentang kebaikan dan keburukan berpijak pada pengalaman
inderawi individu, seperti pada kaum Shopis dan Epicuros dikalangan filusuf
yunani kuno, serta pada Bentham dan Hobbes dari Filusuf masa modern.
-
Sebagian juga mendasarkan etika kepada
keuntungan individual, bahkan sampai
-
menyerukan peniadaan pertimbangan
terhadapkondisi-kondisi sosiologi, berupa undang- undang, keyakinan, nilai, kebiasaan
serta tradisi, seperti kaum shopis dan hedonisme
Kyrene.
-
Mazhab orientasi orientasi ini
mempersatukan antara berbagai konsep kesenangan, manfaat dan kebahagiaan.
C.
KEBENARAN
ILMU MENURUT PANDANGAN POSITIVISME
1.TEORI
TENTANG KEBENARAN
Teori
ini dilahirkan untuk mencoba mendekati arti dari kebenaran yang dimaksud. Beberapa
teori itu adalah;
-
Teori korespondensi yaitu
kebenaran/keadaan benar itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh sebuah pendapat dengan apa yang
sungguh merupakan halnya/faktanya (L,O. Kattsoff).
-
Teori konsistensi yaitu kebenaran tidak
dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement)
dengan sesuatu yang lain yaitu fakta dan realitas, tetapi atas hubungan antara
putusan- putusan itu sendiri (A.C. Awing, The fundamental Question of philophy).
-
Teori Pragmatis yaitu suatu preposisi
adalah benar sepanjang preposisi tersebut berlaku (works), atau memuaskan (statisfied). Penganut teori ini adalah
Charles S. Baylin.
2. POSITIVISME
LOGIS
Teori kebenaran menurut pandangan positivisme,
positivisme logis (disebut juga sebagai empirisme logis, empirisme rasional, dan
juga Neo-positivisme) adalah sebuah filsafat yang berasal dari lingkaran Wina
pada tahun 1920-an. Anggota lingkungan Wina
ini antara lain; Kurt Gordel seorang ahli matematika, Philip Frank
seorang ahli fisika, Otto Neurath seorang sosiologi, dan sebagainya. Aliran ini
sangt dipengaruhi oleh pemikiran filsafat Ludwig Wittgenstein, walaupun
pengaruhnya bersifat tidak langsung dan sebenarnya wittgentein sendiri tidak
ikut aktif dalam kelompok wina tersebut.
Pada tahun 1922 suatu gerakan
filsafat baru yang dirintis oleh seorang fisikus sekaligus seorang filusuf yang
bernama Moritz Schlik (1882-1936). Positivisme Logis berpendapat bahwa filsafat
harus mengikuti yang sama dengan sains, filsafat harus memberikan criteria yang
ketat untuk menetapkan apakah sebuah pernyataan adalah benar,salah atau tidak
memiliki arti sama sekali. Prof.Dr.R.F Beerling, seorang serjana belanda
mengemukakan teori tentang manusia,bahwa manusia itu adalah mahluk yang suka
bertanya, karena dengan berfikir, bertanya, manusia menjelajahi pengembaraanya,
mulai dari dirinya sendiri kemudian linkunganya bahkan sampai pada hal-hal lain
yang menyangkut asal mula atau munkin akhir dari semua yang dilihatnya.
Menurut positivisme logis tugas filsafat itu
memperhatikan penjelasan tentang analisis/ proposisi-proposisi terutama dari
ilmu pengetahuan. Menurutnya filsafat tidak memiliki suatu wilayah ilmiah
tersendiri yang terletak disamping wilayah-wilayah lain yang menjadi objek ilmu
pengetahuan. Menurut mazhab yang berpusat di wina bahwa suatu ungkapan atau
proposisi dianggap bermakna manakala secara prinsip dapat diverifikasi. Menurut
Schlik bahwa salah satu cara pengetahuan itu dimulai dengn pengamatan peristiwa
secara empiris, dan yang semacam ini menjadi permulaan ilmu. Konstansi schlik
ini menimbulkan kontroversi yaitu prinsip yang meletakkan verifikasi hanya pada
suatu peristiwa yang dapat dialami secara langsung. Komentar atas verifikasi
ini dari seorang tokoh positivisme logis yaitu Ayer. Penapsiran yang dikemukan
oleh Ayer, berhasil mengatasi kelemahan yang terdapat dalam pandangan positisme
logis sebelumnya.
D.
POSITISME DI DALAM ILMU PENGETAHUAN
Buku mikhael dua mau menanggapi isu
pertama yakni suatu repleksi terhadap logika internal ilmu pengetahuan. Oleh karena
itu buku ini bisa dilihat sebagai pembongkaran internal analitis terhadap
paradigma positivisme yang terutama diindonesia. Positivisme juga dikritik oleh
mikhael dua yaitu suatu aliran filsafat yang disebut sebagai positivism logis, atau
juga disebut sebagai positivism modern. Dengan menggunakan berbagai teori
didalam filsafat ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan para pemikir, seperti
Karl Popper dengan teori falsifikasinya, Hempel, Thomas Kuhn, dan beberapa pemikir
lainya. Dan refleksi yang dilakukan mikhael juga membantu untuk menempatkan
kembali ilmu pengetahuan didalam totalitas kehidupan manusia yang pada
hakekatnya bersifat dialektis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat positif adalah istilah yang dipergunakan oleh filosof prancis August Comte, salah satu aliran filsafat modern pertama kali dipergunakan oleh prancis biken
seorang filosof berkebangsaan inggris
yang lahir pada abad 19. Positivisme ini dikembangkan oleh para tokoh
diantaranya August Comte, yang lahir pada tahun 1798-1857 di Monopellier, prancis,
dan Herbert Spencer, dia wafat pada tahun 1903, dia juga merupakan salah seorang filusuf Evlusionisme
inggris.
B. KRITIK DAN SARAN
Makalah
ini saya susun dengan sesempurna mungkin, akan tetapi kesempurnaan itu hanyalah
milik Allah SWT, untuk itu kritik dan saranya yang saya harapkan bersifat
membangun untuk mendekati kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Drs.Sidi
Gazalba,1973, Sistematika filsafat, Jakarta:
PT. Bulan Bintang
Frof.Dr.
Khaelan, M.S, 2002, Filsafat Bahasa, Jakarta:
Paradigma.
Prof.Konrad
kebung,Ph, 2011, Filsafat Ilmu
Pengetahuan, Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
Asmoro
Achmad, 1994, Filsafat Umum, Desember.
Prof.
Dr. Sutardjo A.Wiramihardja, 2007, Pengantar Filsafat, Bandung.
[1] ). August comte (1798 – 1857) : filosofi dan sosiologi
prancis, pendiri aliran positivism. Tujuan utamanya : masyarakat baru dengan jalan perkembangan
rohaniah manuisa, hanya mengindahkan
gejala – gejala dan hubungan – hubungan nya yang tidak berubah – ubah. Menurut
comte : semua yang diluar gejala dan hukumnya adalah khayalan. Dasar semua
pengetahuan ialah ilmu hitung. Ia membentuk “agama positif’, kebaikan untuk
umat manusia, karya utamanya : cours the filosofi positive (6 jilid, 1830 –
’42).
[2] ’Fenomena (phenomeen);
gambaran yang terbentuk dalam ruhani, ketika panca indera menangkap barang-barang
yang dapat disentuhnya; gejala
[3] ‘Spekulatif (speculatief) ; Renungan. Pendapat spekulatif adalah pendapat hanya berdasarkan pemikiran
saja
[5]
Herbert spencer juga mengatakan bahwa filsafat masih tepat untuk dipertahankan
sebagai nama bagi pengetahuan mengenai generalitas yang tingkatnya paling
tinggi. Ini secara diam-diam dikuatkan oleh tercakupnya Tuhan, alam, dan
manusia dalam lingkupnya.
0 comments:
Post a Comment